Selasa, 07 Januari 2014

Ideologi Musik

Siapa bilang kalau musik tidak ada hubungannya dengan gaya hidup? Musik bukanlah “makhluk” polos yang tidak akan berpengaruh banyak dalam kehidupan kita. “Ideologi” anarchy yang dianut salah satu aliran gaya punk yang terkenal melalui sosok Johnny Rotten dari Sex Pistols menjadi gaya hidup kawula muda tahun 80-an. Rambut dipilok, celana belel, dan sering beler. Pokoknya amburadul!
Musik bisa juga menjadi pembawa “ideologi” kaum gay melalui kelompok aliran gaya busana Glam dengan irama glam rock melalui sosok David Bowie dan Gary Gliter. Atau, gaya rastafarian melalui tokoh Bob Marley dengan irama reggae yang sekaligus mempopulerkan gaya rambut dreadlock (gimbal). Malah tak sedikit yang kemudian ikut-ikutan dengan gaya B-boy dan Flygirls serta Gangsta melalui irama musik Rap (Muda, no. 10/ 12 Juni 1999). Ya, mereka itu mampu menciptakan gaya hidup tersendiri bagi para pemujanya. Ternyata musik memang bukan sekedar hiburan. Dan tentu saja, tidak bebas nilai!
Bagi anda yang kenal grup musik The Beatles, pasti mengenal sosok John Lennon. Nah, John Lennon pernah berkoar lewat lagu Imagine yang juga menjadi soundtrack film terkenal The Killing Field. Dia bilang begini, “No heaven, no hell, and no religion too.” Atau, dalam lagu lainnya, “I don’t believe in Superman, I don’t believe in The Beatles, I don’t believe in God, I just believe in John and Yoko.” Wah, gawat!
Tak bisa disangkal pula bahwa musik yang diiringi dengan lirik lagu porno akan membuat pendengarnya “gelisah.” Dewa 19 misalkan, dalam lagunya Elang, menuliskan syair, “Ini tubuhku untuk kau peluk, ini bibirku, untuk kau cium...” Wah, itu sudah mengajarkan untuk bebas bergaul dengan lawan jenis. Bahaya, nih!
 
 Dalam teori komunikasi massa, ada istilah efek penanaman, yakni informasi yang disampaikan terus-menerus akan menjadi sesuatu yang dianggap wajar memang begitu adanya. Terus ditanamkan, ditumbuhkembangkan tanpa memperhatikan nilai-nilai kehidupan yang mengatur individu dan masyarakat dalam sebuah peradaban. Meski informasi itu salah, tetapi karena ia disampaikan dengan gencar dan berulang-ulang, maka masyarakat akan menganggapnya benar dan sah.
Saat ini nyaris tak ada yang mengontrol aliran dan macam musik-musik seperti itu. Bahkan, untuk sekadar mengendalikan kelakuan orang-orang yang error. Maka, tatkala ada orang yang nyeleneh, hampir-hampir tak ada yang menghiraukannya. Ditambah lagi dengan ketaqwaan individunya yang kembang-kempis atau kadarkum alias kadang sadar kadang kumat.
 
sekedar info