Siapa bilang kalau musik tidak
ada hubungannya dengan gaya hidup? Musik bukanlah “makhluk” polos yang tidak
akan berpengaruh banyak dalam kehidupan kita. “Ideologi” anarchy yang dianut salah satu aliran gaya punk yang terkenal melalui sosok Johnny Rotten dari Sex Pistols menjadi gaya hidup kawula
muda tahun 80-an. Rambut dipilok, celana belel, dan sering beler. Pokoknya amburadul!
Musik bisa juga menjadi pembawa “ideologi”
kaum gay melalui kelompok aliran gaya
busana Glam dengan irama glam rock melalui sosok David Bowie dan
Gary Gliter. Atau, gaya rastafarian
melalui tokoh Bob Marley dengan irama reggae
yang sekaligus mempopulerkan gaya rambut dreadlock
(gimbal). Malah tak sedikit yang kemudian ikut-ikutan dengan gaya B-boy dan Flygirls serta Gangsta
melalui irama musik Rap (Muda, no. 10/ 12 Juni 1999). Ya, mereka
itu mampu menciptakan gaya hidup tersendiri bagi para pemujanya. Ternyata musik
memang bukan sekedar hiburan. Dan tentu saja, tidak bebas nilai!
Bagi anda yang kenal grup musik
The Beatles, pasti mengenal sosok John Lennon. Nah, John Lennon pernah berkoar
lewat lagu Imagine yang juga menjadi soundtrack film terkenal The Killing Field. Dia bilang begini, “No heaven, no hell, and no religion too.”
Atau, dalam lagu lainnya, “I don’t
believe in Superman, I don’t believe in The Beatles, I don’t believe in God, I
just believe in John and Yoko.” Wah, gawat!
Tak bisa disangkal pula bahwa
musik yang diiringi dengan lirik lagu porno akan membuat pendengarnya
“gelisah.” Dewa 19 misalkan, dalam lagunya Elang,
menuliskan syair, “Ini tubuhku untuk kau
peluk, ini bibirku, untuk kau cium...” Wah, itu sudah mengajarkan untuk
bebas bergaul dengan lawan jenis. Bahaya, nih!
Dalam teori komunikasi massa, ada
istilah efek penanaman, yakni
informasi yang disampaikan terus-menerus akan menjadi sesuatu yang dianggap
wajar memang begitu adanya. Terus ditanamkan, ditumbuhkembangkan tanpa
memperhatikan nilai-nilai kehidupan yang mengatur individu dan masyarakat dalam
sebuah peradaban. Meski informasi itu salah, tetapi karena ia disampaikan
dengan gencar dan berulang-ulang, maka masyarakat akan menganggapnya benar dan
sah.
Saat ini nyaris tak ada yang
mengontrol aliran dan macam musik-musik seperti itu. Bahkan, untuk sekadar
mengendalikan kelakuan orang-orang yang error.
Maka, tatkala ada orang yang nyeleneh,
hampir-hampir tak ada yang menghiraukannya. Ditambah lagi dengan ketaqwaan
individunya yang kembang-kempis atau kadarkum
alias kadang sadar kadang kumat.
sekedar info